KALIMAT
KALIMAT
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Arifin dan Tasai, 2002: 58).
Ditinjau dari panjang atau pendeknya, sebuah sekurang-kurangnya terdiri atas subjek
dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang
karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada
predikat, atau pada keduanya. Pendapat lain mengatakan, “Kalimat adalah satuan
gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik
dan turun.” (Ramlan, 2001:6).
Ditinjau dari
pola-pola dasar yang dimilikinya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat inti,
kalimat luas, dan kalimat transformasional. Tiap-tiap kalimat memiliki unsur
inti yaitu sekurang-kurangnya terdiri dari unsur Subjek dan Predikat. Jika
salah satu unsur inti tersebut diperluas maka kalimat tersebut menjadi kalimat
luas. Jadi, kalimat luas merupakan perluasan kalimat inti yang penggunaannya
biasanya sering mengalami kekeliruan dalam hal perluasannya.
Kalimat dapat
dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat
sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat
yang berklausa satu. Adapun kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua
klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas
terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004).
Sebuah kalimat
luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.
a.
Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh:
Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola
kalimat I disebut kalimat ”verbal”
b.
Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh:
Anak malas. Gunung tinggi.
Pola
kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
c.
Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh:
Bapak pengarang. Paman Guru
Pola
pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini
mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
d.
Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh:
Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola
kalimat IV disebut kalimat adverbial
Suatu bentuk
kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga
membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Kalimat Luas Setara
Kalimat luas
setara ialah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua
kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut
kalimat luas setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat
dasar.
Saya datang, dia pergi.
Kalimat itu
terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi.
Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya
mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat luas
setara.
Ciri-ciri
kalimat luas antara lain sebagai berikut:
- Kedudukan
pola-pola kalimat, sama derajatnya.
- Penggabungannya
disertai perubahan intonasi.
- Berkata
tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
- Pola
umum uraian jabatan kata : S-P+S-P
Kalimat luas
setara dibentuk dari dua buah klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah
kalimat, baik dengan bantuan kata penghubung ataupun tidak.
Kedudukan
klausa-klausa di dalam kalimat setara ini adalah sama derajatnya, yang satu
tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain; atau yang satu mengikat
atau terikat pada yang lain. Klausa-klausa itu mempunyai kedudukan yang bebas,
sehingga kalau yang satu ditinggalkan, maka yang lain masih tetap berdiri
sebagai sebuah klausa.
Pengabungan dua
buah klausa menjadi kalimat luas setara ini memberikan makna yang menyatakan
penggabungan :
1) Penambahan
Kalimat luas serta setara yang hubungan antara
klausa-klausanya menyatakan makna penambahan dibentuk dari dua buah klausa atau
lebih; biasanya dengan bantuan kata penghubung dan.
Contoh
:
- Selat Sunda terletak antara
Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dan Selat Bali antara Pulau Jawa
dengan Pulau Bali
- Kami belajar di perpustakaan,
mereka bermain di halaman, dan guru-guru mengadakan rapat di
kantor.
Kalau
ada unsur yang sama dari klausa-klausa yang digabungkan itu, maka unsur yang
sama itu dapat disatukan, artinya unsur yang sama itu hanya ditampilkan satu
kali saja. Misalnya :
- Adik belajar bahasa Inggris,
Ida bahasa Perancis, dan Siti bahasa Jerman.
Predikat belajar pada klausa kedua dan ketiga
dilesapkan; yang ditampilkan hanya pada klausa pertama
2) Pertentangan
Kalimat luas setara yang hubungan anatara
klausa-klausanya menyatakan makna ’pertentangan’ dibentuk dari dua buah klausa;
biasanya dengan bantuan kata penghubung tetapi atau sedangkan.
Contoh :
- Saya ingin melanjutkan belajar
ke perguruan tinggi tetapi orang tua saya tidak mampu membiayainya.
- Setahun yang lalu jalan ini
bersih dan mulus tetapi sekarang kotor dan berlubang-lubang
- Kami bertiga mendirikan kemah sedangkan
mereka berdua menyiapkan makanan.
3) Pemilihan
Kalimat luas setara yang hubungan antara klausa-klausanya
menyatakan makna ’pemilihan’ dibentuk dari dua buah klausa; biasanya dengan
bantuan kata penghubung atau
Contoh
:
- Barang-barang pesanan Tuan ini akan Tuan ambil
sendiri, atau kami yang harus mengantarkannya ke alamat Tuan?
- Kamu mau menuruti nasihatku, atau kau
dengarkan saja apa kata istrimu?
- Kau harus segera berangkat atau kita tunggu
dulu kedatangan beliau?
4) Penegasan
Kalimat luas setara yang hubungan klausa-klausanya menyatakan
makna ’penegasan’ dibentuk dari dua buah klausa;biasanya dengan bantuan kata
penghubung bahkan, malah, apalagi, dan lagipula.
Contoh
:
- Barang-barang kerajinan dari daerah itu sudah
dipasarkan di seluruh Indonesia, bahkan telah juga di ekspor ke
Negeri Belanda.
- Pembangunan tidak boleh kita hentikan, bahkan
harus kita tingkatkan pelaksanaannya.
- Anak-anak itu memang nakal, apalagi kalau
tidak ada ibunya.
- Daerah ini hawanya sejuk, lagipula
pemandangannya indah.
5) Pengurutan
Kalimat luas setara yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’pengurutan’ atau ’pengaturan’ dibentuk dari dua buah klausa
atau lebih; biasanya dengan bantuan kata penghubung lalu, kemudian, dan sebagainya.
Contoh
:
- Kami menoleh dulu ke kiri dan ke
kanan, lalu segera berlari menyeberangi jalan yang ramai itu.
- Mula-mula mereka membuka pintu
itu, lalu mereka menyiapkan pondok-pondok tempat tinggal, kemudian
barulah mereka menyiapkan lahan pertanian.
Kalimat Luas Bertingkat
Kalimat luas bertingkat ialah kalimat yang mengandung
satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat
dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya
keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat
jika di antara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang
membedakan struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.
Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa,
yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab,
kalau, meskipun, dan sebagainya.
Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat luas bertingkat
ini tidak sama derajatnya. Yang satu mempunyai kedudukan lebih tinggi dari yang
lain; atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain. Bagan berikut mungkin
dapat lebih menjelaskan struktur kalimat bertingkat ini.
Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas
bertingkat ini memberikan makna yang, antara lain, menyatakan :
1. Sebab
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’sebab’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi
sebuah kalimat dengan bantuan kata penghubung karena atau sebab.
Klausa pertama (klausa bebas) sebagai induk kalimat
menyatakan sesuatu peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya
peristiwa pada klausa kedua (klausa yang tidak bebas) yang menjadi anak kalimat
pada kalimat bertingkat itu.
Contoh:
- Banjir sering melanda kota kami karena
saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran.
- Karena tidak pandai berenang akhirnya dia hanyut terseret
air.
- Harga jual barang-barang ini
terpaksa dinaikkan sebab biaya produksi dan ongkos kerja juga baik.
Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat
ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat
maka di muka induk kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka,
misalnya :
- Karena tidak pandai berenang, maka
akhirnya dia terseret arus.
2. Akibat
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’akibat’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan
menjadi sebuah kalimat dengan bantuan kata penghubung sampai, hingga,
atau sehingga.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan
terjadinya sesuatu peristiwa yang mengakibatkan terjadinya peristiwa pada
klausa kedua
Contoh
:
- Tukang copet itu dipukuli orang
ramai sampai mukanya babak belur.
- Dia suka sekali berjudi hingga
harta bendanya habis dan hutangnya menumpuk.
- Penumpang kereta api itu penuh
sesak sehingga untuk meletakkan sebelah kaki pun sukar.
Dalam kalimat luas bertingkat yang hubungannya menyatakan
akibat ini, posisi anak kalimat selalu di belakang induk kalimat.
3. Syarat
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’syarat’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan
menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung kalau, jika,
dan asal.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan akan
terjadinya suatu peristiwa kalau sudah terjadi peristiwa lain yang dinyatakan
pada klausa kedua atau anak kalimatnya. Namun, perlu diperhatikan urutan induk
kalimat dan anak kalimat dapat dipertukarkan.
Contoh
:
- Saya akan hadir kalau saya di undang.
- Jika mereka bersalah tentu kami yang akan menindaknya.
- Gajah bukanlah binatang buas yang suka menyerang asal
mereka tidak kita ganggu.
4. Tujuan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’tujuan’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabung menjadi
sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung agar, supaya,
dan untuk.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan
terjadinya suatu perbuatan yang harus dilakukan agar peristiwa yang disebutkan
dalam kalimat klausa kedua atau induk kalimat dapat berlangsung. Disini pun
urutan kedua klausa itu dapat dipertukarkan.
Contoh
:
- Jalan-jalan diperlebar agar lalu lintas
menjadi lancar.
- Kamu harus belajar baik-baik supaya hidupmu
kelak menjadi enak.
- Pembangunan ini harus kita teruskan untuk
memberi kehidupan yang lebih baik kepada anak cucu kita nanti.
5. Waktu
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’waktu berlangsungnya sesuatu peristiwa’ dibentuk dari dua
buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan
kata penghubung ketika, sesudah, sebelum dan sejak.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan
terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak
kalimat menyatakan waktu terjadinya peristiwa induk kalimatnya.
Urutan anak kalimat dan induk kalimat dapat dipertukarkan
tempatnya.
Contoh
:
- Monumen Nasional itu dibuat ketika
kamu masih kecil
- Sesudah selesai memperbaiki saluran air ini, kita akan
memperbaiki tanggul sungai itu
- Dia sudah menyelesaikan tugasnya sebelum
bel berbunyi
- Sejak ibu meninggal kami tinggal bersama kakek di desa
6. Kesungguhan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan makna ’kesungguhan’ dibentuk dari dua buah yang digabungkan menjadi
menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung meskipun,
biarpun, atau sungguhpun. Klausa pertama sebagai induk kalimat
menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak
kalimat menyatakan peristiwa atau kondisi yang bertentangan untuk terjadinya
peristiwa pada klausa pertama.
Urutan induk kalimat dan anak kalimatnya dapat
dipertukarkan
Contoh
:
- Dia berangkat juga ke sekolah meskipun
hujan turun lebat sekali
- Walaupun tidak diizinkan ayah, dia pergi juga ke hutan itu
- Pembangunan gedung itu belum
selesai juga sungguhpun telah menelan biaya ratusan juta rupiah
7. Pembatasan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya
menyatakan ’pembatasan’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi
sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan, dan klausa
kedua sebagai anak kalimat menyatakan pembatasan terhadap peristiwa pada anak
kalimat
Contoh
:
- Semua soal itu dapat saya kerjakan
dengan baik kecuali nomor 17 tidak sempat saya selesaikan
- Semua orang sudah hadir hanya
Siti dan Adi belum nampak batang hidungnya.
Di sini lazim juga kata penghubung kecuali dan hanya
diikuti pula dengan kata penghubung kalau. Misalnya :
- Saya tentu akan datang memenuhi
undanganmu kecuali kalau ada halangan yang tidak bisa dihindarkan
8. Perbandingan
Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-kluasanya
menyatakan ’perbandingan’ dibentuk dari dua buah klausa; biasanya dengan
bantuan kata penghubung seperti dan bagai.
Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu
perbuatan, sedangkan kluasa kedua sebagai anak kalimat menyatakan perbuatan
lain yang serupa dengan perbuatan pada induk kalimat.
Contoh:
- Dengan cepat disambarnya tas nenek
tua itu bagai elang menyambar anak ayam.
- Dia terkejut bukan main seperti
mendengar bunyi guruh di siang bolong.
- Direguknya air di gelas itu dengan
sekali reguk sebagai orang belum minum tiga hari.
Bedasarkan uraian di atas bahwa kalimat luas setara dan
kalimat luas bertingkat memiliki perbedaan. Ada tiga pedoman untuk membedakan
kalimat luas setara dan kalimat luas bertingkat, yaitu
a. Letak kata
penghubung
Pada kalimat luas setara kata
penghubung selalu ada di antara klausa yang dihubungkan, sedanagkan pada
kalimat luas bertingkat (kecuali dalam beberapa hal) posisinya dapat di antara
kedua klausa yang dihubungkan, dapat pula pada awal kalimat.
Contoh :
- Sidin pergi ke Jakarta tetapi
adiknya tinggal di rumah. (setara)
- Ia pergi ketika kita mengunginya.
(bertingkat)
- Ketika kita mengunjunginya, ia
pergi. (bertingkat)
b. Macam kata
penghubung
Kata penghubung yang digunakan di dalam
kalimat luas setara jumlahnya tidak banyak, antara lain dan, bahkan, lalu,
atau, tetapi, hanya, jadi.
Kata penghubung yang digunakan dalam
kalimat luas bertingkat antara lain ketika, sebelum, sesudah, sehingga.
c.
Lagu/intonasi
Pada kalimat luas setara lagu kalimat
mempunyai dua puncak, jadi terbagi menjadi dua makrosegmen, sedangkan pada
kalimat luas bertingkat intonasinya hanya mempunyai satu puncak. Dengan
demikian lagu pada kalimat luas bertingkat sama seperti lagu pada kalimat
tunggal.
Contoh :
- Uangnya banyak tetapi hidupnya tidak
tenteram.
- Meskipun uangnya banyak, hidupnya tidak tenteram.