Friday, March 14, 2014

LATIH BAHASA INDONESIA


LATIHAN 1 (17 Maret 2014)

Bacalah penggalan novel berikut ini!



Harimau Harimau



Mereka kemudian telah tiba kembali di tempat mereka bermalam di pinggir anak sungai, senja telah dekat. Dari jauh mereka telah melihat nyala api unggun di depan pondok. Dengan hati yang amat lega, Sanip dan Sutan menurunkan keranjang ke tanah, dan buyung mengembalikan senapan kepada Wak Katok. Talib terlentang di atas tanah di dalam pondok. Di sampingnya terbaring Pak Balam. Talib masih belum sadar, tetapi luka-lukanya telah diobati dan dibalut oleh Wak Katok dengan kain sarung yang disobek-sobek. Kain sarung yang membalut luka-lukanya, sekeliling dadanya, kedua kakinya, tangannya, basah dengan darah merah. Mukanya pucat sekali, napasnya berat, dan perlahan.

Pak Balam kelihatan juga bertambah panas demamnya. Matanya terbuka memandang ke atas dan sebentar-sebentar suaranya yang lemah dia berkata: ”Akuilah dosa kalian, akuilah dosa kalian. Harimau itu dikirim Tuhan untuk menghukum kita.” Ketika mereka bertanya kepada Wak Katok bagaimana dengan luka-luka Talib, Wak Katok menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa ia tak banyak harapan Talib akan dapat selamat.

”Dadanya hancur dicakar, pahanya hancur digigit, sampai terbuka ke tulang. Kalau dia masih dapat sadar, masih untung, ”kata Wak Katok. Tak ubahnya seakan Talib mendengar kata-kata Wak Katok karena ketika itu ia membuka matanya dan bibirnya bergerak seakan hendak berkata. Mereka mendekatkan diri, membungkuk di atas kepalanya hendak mendengarkan apa katanya.

”… Dosa,… Aku berdosa… Mencuri… curiii, ampun Tuhan … La ilaha illl.…” tiba-tiba napasnya berhenti, badannya mengejang, matanya seakan terbalik, dan Talib lalu berhenti hidup. Dia telah mati.

Seorang dari mereka kini telah mati akibat serangan harimau yang menurut Pak Balam dikirim Tuhan untuk menghukum mereka yang berdosa. Mungkinkah Pak Balam benar? Dan harimau itu bukanlah harimau biasa? Akan tetapi harimau yang dikirim oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, harimau gaib, yang datang untuk menghukum mereka? Apa daya mereka terhadapnya selain menyerahkan diri kepada Tuhan? Jika memang telah tersurat bahwa mereka harus mati diterkam harimau di tengah hutan, maka haruslah mereka menerima takdir yang demikian.

Akan tetapi, dalam bawah sadar mereka nafsu hidup tetap nyala dengan kuat. Malam kini, di tengah ancaman yang dahsyat, menyala lebih besar dan kuat lagi. Mereka hendak hidup terus, mereka hendak keluar dari hutan, mereka hendak meninggalkan rimba dengan selamat. Mereka hendak pulang ke kampungnya. Mereka hendak kembali kepada istri dan anaknya. Mereka hendak mencinta kembali. Mereka tak hendak mati diserang harimau yang ganas dan zalim. Bawah sadar mereka berteriak menyuruh mereka berjuang, berkelahi, bertarung untuk mempertahankan hak hidupnya.

”Apa Talib mencuri? Apa yang dicurinya?” kata Pak Haji, memandang kepada Sanip, Buyung, dan Sutan berganti-ganti. Mereka bertiga berpandangan, dan Buyung cepat menjawab: ”Aku tak tahu apa maksudnya.”

Akan tetapi, di wajah Sanip dan Sutan seakan timbul keraguan, dan ketika Sutan dan Sanip berpandangan, seakan mata Sutan hendak menyampaikan peringatan kepada Sanip, supaya berhati-hati dan jangan mengatakan sesuatu apa.

Akan tetapi, pada saat itu pikiran Pak Balam berada di saat-saat cerah, dan rupanya mendengarkan kata-kata mereka. Karenanya Pak Balam berkata: ”Belum juga kalian sadar dan insyaf. Talib telah mati. Aku akan menyusulnya tak lama lagi. Aku tahu, badanku tak kuat lagi menahan demam ini. Akuilah dosa-dosa kalian, supaya kalian diselamatkan Tuhan. Syukurlah Talib masih sempat mengakui dosanya.

Tobatlah!”

Kemudian dia terdiam, demamnya kembali menguasai otaknya, dan matanya yang terbuka memandang kaku jauh melewati pondok, melewati puncak-puncak pohon di pinggiran anak sungai terus sampai ke cakrawala, entah apa yang dilihatnya.

Tiba-tiba Sanip berdiri seakan tak kuat lagi menahan dirinya, dan berkata dengan suara yang tegang: ”Tidak Sutan, aku mesti berbicara ....”

Akan tetapi Sutan melompat mendekatinya dan memegang bahunya:

”Jangan, tutup mulutmu, apa gunanya.”

”Tidak,” seru Sanip, suatu cahaya ganjil timbul dalam matanya, seakan sesuatu menyelinap ke dalam dirinya dan memaksakannya untuk berkata, dan ini diinsyafi oleh Sutan yang berkata kepadanya dengan suara tegang penuh desakan.

”Jangan, ingat sumpahmu ….!”

Akan tetapi Sanip tak lagi dapat menahan dirinya, dan berseru: ”Memang kami berdosa, kami … Talib, aku dan ketika ia baru sampai berbicara di sana, Sutan berkuat pegangannya di bahu Sanip, dan dengan suara yang keras berkata:

”Sanip!”

Akan tetapi Sanip melepaskan pegangan Sutan dari bahunya, dan berpaling kepada yang lain. Sutan bertekad untuk menghentikan Sanip, dan dia melangkah mendekati Sanip, dan kemudian dengan gerakan tangan dan kaki yang cepat dia menjatuhkan Sanip ke atas tanah. Sanip membela diri dan menghela Sutan jatuh ke tanah. Di tanah mereka berdua bergumul.

Dengan susah payah yang lain menceraikan mereka. Selama itu terjadi Wak Katok duduk saja diam-diam memegang senapannya. Setelah mereka dilerai, Buyung memegang Sutan, dan Pak Haji memegang Sanip, dan Pak Haji berkata: ”Sabar, sabarlah, mengapa kita

dengan kita berkelahi, sedang kita semua dalam bahaya besar? Mengapa kalian berkelahi sebenarnya?”

”Aku hendak mengakui dosa-dosaku,” kata Sanip dengan napas terengah-engah, ”Biarlah Sutan marah karena aku melanggar janji atau sumpah. Namun aku tak tahan lagi. Karena aku juga, maka Talib telah jadi korban harimau.

Kami bertiga, Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu yang mencuri empat ekor kerbau Haji Serdang di kampung Kerambi…” dan dia melihat kepada Sutan, siap untuk mempertahankan dirinya, jika Sutan menyerangnya kembali. Akan tetapi Sutan seakan kini tak peduli lagi terhadap apa yang hendak dikatakan oleh Sanip. Dia duduk di tanah, dadanya turun naik, karena napasnya masih kencang, dan dia hanya melihat saja ke tanah.

”Kami bertiga mencurinya malam-malam dan ketika penjaga kerbau mengetahui pekerjaan kami, maka Talib yang menikamnya hingga dia rubuh. Dia tak mengenal kami, dan kami berhasil melarikan kerbau dan menjual dagingnya ke kota. Penjaga kerbau tak mati. Itulah

dosa kami bertiga, tapi Sutan tak suka aku ceritakan.”

”Apa lagi dosa-dosaku…” Sanip tertegun, dalam hatinya teringat pada rahasianya.

Dia terkejut mendengar Wak Katok, yang berkata dengan suara keras dan tajam:”Sanip, berbicaralah! Aku sebagai pemimpin rombongan berkewajiban untuk menyelamatkan diri kita semuanya. Menurut renunganku harimau itu harimau biasa, akan tetapi mungkin pula harimau siluman seperti yang dikatakan Pak Balam. Kita tak boleh lebih memarahkannya. Baik-baiklah engkau mengaku terus terang dosa-dosamu, dan minta ampun kepada Tuhan.”

”Akan tetapi,” kata Sanip, yang masih mencoba untuk mengelakkan diri dari keharusan menelanjangi dirinya, ”apakah aku sendiri yang berdosa? Mengapa aku sendiri yang harus mengakui dosa-dosaku? Bukankah aku telah mengakui dosaku mencuri kerbau?”

”Semuanya, semua dosamu harus engkau akui,” terdengar suara Pak Balam yang lemah, yang mendengarkan percakapan mereka.

Sanip terdiam, enggan benar hatinya hendak mulai. Sedangkan mengakui dosa-dosanya dalam hati sendiri sudah amat susah, bagaimana akan mengakuinya di hadapan orang lain, meskipun kawannya sendiri.

”Yang lain pun akan mengakui dosa-dosanya,” kata Wak Katok, suaranya keras dan tajam. ”Jika perlu aku paksa dengan ini,” dan dia menggerakkan senapannya. Buyung terkejut.

”Setelah Sanip lalu Sutan, kemudian Buyung, dan kemudian Pak Haji. Dosa-dosaku telah kalian dengar diceritakan oleh Pak Balam,”

katanya dengan suara yang pahit. ”Semuanya kita membersihkan diri, dan minta ampun kepada Tuhan. Moga-moga si Nenek akan pergi meninggalkan kita. Ayo, mulailah, Sanip.Tak banyak waktu tinggal. Sebentar lagi malam tiba dan dalam gelap entah apa yang akan terjadi.”

Dalam hatinya Buyung mengambil tekad tidak akan diceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan Siti Rubiyah, biarlah dia mati, ditembak oleh Wak Katok atau diterkam harimau sama saja. Orang mati hanya sekali, pikirnya, tetapi noda yang tergores di kening dibawa seumur hidup!

Daya Sanip menguasai dirinya patah dibawah ancaman Wak Katok. Dia lalu bercerita. Semuanya diceritakannya. Tak ada satu pun yang ditahan-tahannya. Dan dalam bercerita mulai pula terasa kelegaan dalam hatinya. Akhirnya dia pun terlepas pula dari tekanan dosa-dosa yang selama ini melekat di jiwanya.

Buyung mendengarkan dengan penuh takjub. Berbagai perasaan timbul dalam hatinya. Perasaan marah, kecewa, kesal, jijik. Mungkinkah Sanip bercerita sekarang adalah Sanip kawannya selama ini? Sanip yang periang, Sanip yang termasuk orang baik-baik di kampung yang dihormati, disayangi, dan dipercaya selama ini? Ternyata dia seorang tukang berzinah, seorang pencuri, seorang pendusta?

”Sekarang engkau, Sutan,” kata Wak Katok. Namun Sutan duduk saja di tanah, kepalanya menunduk ke tanah, dan dia tak bergerak, seakan tak mendengar kata Wak Katok.

”Sutan!” kata Wak Katok dengan suara yang lebih keras.

Sutan diam juga, tak bergerak-gerak.

”Baiklah, cukuplah Sanip malam ini, kalian masih terkejut, masih ketakutan dan risau pikiran dan hati,” kata Wak Katok kemudian. ”Tetapi esok pagi kalian mengakui dosa-dosa kalian semuanya.”

Tak seorang juga hendak makan kemudian, setelah mereka sembahyang magrib. Sembahyang pun mereka dikawal mula-mula oleh Wak Katok, dan kemudian Wak Katok yang sembahyang, sedang Buyung berjaga-jaga memegang senapan.

Malam itu tak seorang pun dapat tidur. Mereka selalu ingat pada perkataan Wak Katok: ”Esok pagi kita kuburkan Talib.’

Dan sepanjang malam mereka duduk mengelilingi Talib, mendoa, dan membaca ayat-ayat Quran. Buyung teringat akan istri dan anakanak Talib di kampung. Bagaimana nanti menerima kabar kematiannya. Akan heboh besar di kampung, jika mereka pulang… Dan di luar lingkaran cahaya di dalam gelap rimba belantara, mereka seakan merasakan kehadiran harimau yang ganas, yang mondar-mandir, menunggu kesempatan dengan tak sabar. Di telinga mereka seakan masih terdengar bunyi aumannya yang dahsyat dan pekik Talib. Kini hati mereka bertambah susah lagi dari kemarin malam.

Kini ancaman terasa lebih dekat dan lebih dahsyat. Dan rasa tak berdaya tambah terasa. Seakan pegangan tangan dan jari-jari es yang sejuk meremas-remas hati mereka. Di dalam setiap kegelapan, di belakang setiap daun, di belakang setiap pohon, di belakang setiap dahan, dan di belakang setiap bunyi mereka seakan mendengar bunyi tapak harimau yang melangkah dengan halus dan hati-hati mendekati, mendekati, mendekati, mendekati ….



Setelah kamu membaca penggalan novel ”Harimau Harimau”

tersebut, diskusikan bersama kelompok kamu pertanyaan-pertanyaan berikut!

1.   Menceritakan tokoh siapa saja penggalan novel yang kamu simak tadi?

2.   Jelaskan watak para tokoh yang terdapat dalam penggalan novel tersebut satu per satu!

3. Penggalan novel yang kamu simak tersebut pada dasarnya menceritakan suatu konflik batin para tokohnya.
4. Jelaskan konflik batiniah yang terjadi pada tokoh Wak Katok, mengapa dia harus berteriak pada Sanip untuk berbicara akan dosa yang pernah dia lakukan?
5.  Jelaskan konflik batiniah yang dirasakan tokoh Sanip, Buyung, dan Sutan!
6. Simpulkan mengapa konflik-konflik batiniah tersebut muncul pada diri para tokoh saat itu?
7. Jelaskan nilai-nilai religius apa yang dapat kamu pahami dari penggalan novel tersebut?
 8.Jelaskan nilai-nilai sosial apa yang dapat kamu pahami dari cerita penggalan novel tersebut?
9. Buatlah komentar menurut pemahaman kamu kelebihan dan kelemahan novel ”Harimau Harimau” berdasarkan penggalan novel tersebut!



Untuk soal 1 s.d. 4, bacalah penggalan drama "Bung Besar" karya Misbach Yusa Biran berikut.



Bung Besar bangkit dan menuju ke kursi dekat Anwar. Anwar berdiri menanti Karim, dan baru duduk kembali ketika Bung Besar sudah duduk di dekatnya.

Karim

Kau selalu mengerti segala-galanya, Anwar.

Anwar

Ah............

Karim

Ya.....ya.....Kau pandai ! Kau cocok benar dengan istriku (memandang ke arah lain).

Anwar

(terkejut, tapi cepat bisa menguasai diri dan lantas tersenyum manis) Lebih baik kita jangan membicarakan yang bukan-bukan.

Bung Besar memandang ke arah Anwar. Anwar membalas dengan pandangan yang tajam.

Anwar

Jangan membuang-buang waktu.

Bung Besar jadi tertunduk oleh pandangan Anwar. Dan tak lama kemudian membenarkan letak duduknya, menenangkan pikirannya. Dan setelah itu menganggukangguk.

Karim

Apa...apa yang harus aku lakukan sekarang?

Anwar

(menyodorkan kertas) Bacalah ini. Baca hati-hati, ini kali Bung harus betul-betul bisa menghafalnya.

Karim

(membaca dalam bati dan keningnya berkerut) Aduh!

Aku tak bisa menghafalnya. Mereka kan tak akan tahu apa pidato ini dibuat oleh kau atau supirku.

Anwar

Tapi model cara pidato yang terbaru, Bung Besar, ialah tak pakai teks. Dihafal di luar kepala. Diucapkan dengan terang. Baca sajalah dulu!



1.    Permasalahan apa yang dikemukakan dalam penggalan drama ini?

2.    Bagaimanakah watak Anwar? Buktikan dengan alasan.

3.     Konflik apa yang terjadi?

4.     Bagaimanakah watak Karim?



Untuk soal nomor 1.s.d. 3, bacalah teks berikut.



Untuk mengubah suatu bahan alam yang mengaku berkhasiat menjadi obat, perlu proses pengujian yang panjang. Tidak ubahnya dengan proses membuat suatu temuan obat baru. Ongkos untuk itu juga setinggi ongkos membuat sebuah obat baru. Oleh karena itu, pengakuan bahwa jamu, obat tradisional,

ramuan, atau apa pun yang bukan tergolong obat, mampu menyembuhkan penyakit, jangan mudah menerimanya. Apa pun bahan berkhasiatnya, belum

memenuhi persyaratan sebagai obat.

Suatu zat berkhasiat dalam obat sudah teruji khasiatnya. Artinya, untuk diagnosis penyakit yang sama, jika diberikan suatu obat dengan dosis yang sama, semua penyakitnya akan sembuh. Bukan hanya itu, efek sampingnya sudah dikenali pula dan keamanannya pun sudah terbukti. Tidak demikian

halnya apabila diberikan bahan berkhasiat.

Sumber: www. indosiar.com



1.   Apakah paragraf ke-1 termasuk paragraf induktif atau deduktif?

Berikan alasan atas jawaban Anda tersebut.

2.  Tuliskanlah pikiran pokok yang ada dalam paragraf ke-2.

3.  Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan isi teks.

a.   Mengapa diperlukan pengujian panjang dalam membuat suatu bahan menjadi obat?

b.    Bagaimanakah suatu zat dikatakan berkhasiat?

c.   Apakah persamaan jamu dengan obat?



Bacalah kutipan novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari berikut.


Meski aku menanggapi kata-kata Warta dengan senyum, namun sesungguhnya hatiku dibuatnya perih, sangat perih. Sehingga aku tak bisa berkatakata lagi Hanya umpatku dalam hati, "Warta, kamu bangsat. Kau katakan Srintil akan diperkosa nanti malam? Memang betul Tetapi mengapa kau katakan itu kepadaku?"

Kukira Warta memandangku dari belakang ketika aku berjalan meninggalkannya. Aku tak peduli dan aku terus berjalan sepembawa kakiku. Perjalanan yang tanpa tujuan membawaku sampai ke lorong yang menuju pekuburan Dukuh Paruk. Seharusnya aku melangkah bila tidak kulihat seseorang berjalan

merunduk-runduk di antara batang-batang puring. Srintil! Aku tak mungkin salah, dialah orangnya.

Tak mengetahui aku membuntutinya, Srintil terus berjalan. Langkahnya berkelok menghindari tonggak-tonggak nisan, atau pohon kamboja yang cumbuh rapat. Setelah berbelok ke kiri, langkah Srintil lurus menuju cungkup makam Ki Secamenggala.

Kulihat Srintil jongkok, menaruh sesaji di depan pintu makam. Ketika bangkit dan berbalik, ronggeng itu terperanjat. Aku berdiri hanya dua langkah di depannya.

"He, kau, Rasus?"

"Aku mengikutimu."

"Aku disuruh Nyai Kartareja menaruh sesaji itu. Bukankah malam nanti...."

"Cukup! Aku sudah tahu malam nanti kau harus menempuh bukak-klambu" aku memotong cepat Habis berkata demikian aku melangkah pergi. Tetapi Srintil menarik bajuku.

"Rasus, hendak ke mana kau?"

"Pulang."

"Jangan dulu. Jangan merajuk seperti itu. Kita bisa duduk-duduk sebentar di sini."

Ternyata aku tak menolak ketika Srintil membimbingku duduk di atas akar beringin. Tetapi baik Srintil maupun aku lebih suka membungkam mulut. Mestilah ronggeng kecil itu merasa sedang menghadapi seorang anak laki-laki yang akan mengalami kekecewaan. Srintil pasti tahu aku menyukainya. Jadi dia tahu pula bahwa malam bukakklambu baginya menjadi sesuatu yang sangat kubenci Hanya itu. Atau, apakah aku harus mengatakan secara jujur bahwa Srintil lebih kuhormati daripada kecintaan? Tidak. Aku tak punya keberanian mengatakan hal itu kepadanya. Maka biarlah Srintil tetap pada pengertiannya tentang diriku secara tidak lengkap.

Seekor serangga kecil akhirnya membuka jalan bagi permulaan percakapan kami. Nyamuk belirik hinggap di pipi Srintil. Perutnya menggantung penuh darah.

"Srin, tepuk pipimu yang kanan. Ada nyamuk."

"Aku tak dapat melihatnya."

"Tentu saja. Tetapi tepuklah pipi kananmu agak

ke atas pasti kena."

"Tidak mau. Engkau yang harus menepuknya."

"Tanganku kotor."

….



1.     Siapa sajakah tokoh yang ada dalam penggalan novel tersebut?

2.     Bagaimanakah watak tokoh "aku"? Jelaskan dengan bukti yang   mendukung.

3.     Menurut Anda, di manakah setting/latar penggalan drama tersebut?

4.     Bagaimanakah watak tokoh Srintil? Jelaskan dengan bukti yang mendukung.

5.     Bagaimanakah pengarang menggunakan gaya bahasa dalam penggalan novel tersebut?



Seribu Manfaat Air



Meskipun bergaul erat dengan air setiap hari ternyata banyak rahasia keunggulan air yang kita lewatkan. Sobat lama kita ini mempunyai banyak khasiat. Ternyata pula, ketergantungan kita terhadap air tidak hanya sebatas pengusir rasa haus belaka. Air dapat membantu menjaga kesehatan kita. Air juga dapat menyegarkan kita. Mandi dua kali sehari dan cuci rambut paling lama tiga hari sekali sangat dianjurkan pakar kesehatan dan kebugaran. Alasannya, sentuhan air bersih dengan tubuh membuat badan terasa segar dan bugar kembali. Untuk menjaga kecantikan pun, seseorang harus memerhatikan kebersihan tubuhnya. Ditambah lagi minum air putih 8–10 gelas sehari.

Sejak ratusan tahun sebelum Masehi bangsa Romawi sudah mengenal khasiat mandi, entah mandi susu atau berendam di kolam air bersih yang dilengkapi pancuran dan wewangian. Tujuannya agar tubuh bersih, sehat, dan wangi Menurut para peneliti sebuah lembaga riset trombosis di London, Inggris, jika seseorang selalu mandi dengan air dingin, peredaran darahnya akan membaik sehingga tubuh terasa lebih bugar. Ditambahkan lagi mandi dengan air dingin akan meningkatkan produksi sel darah putih dalam tubuh serta meningkatkan kemampuan seseorang terhadap serangan virus. Bahkan, mandi dengan air dingin di waktu pagi menyebabkan jaringan kulit membaik, kuku lebih sehat dan kuat, tak mudah retak.

Air juga diyakini dapat menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit, penyakit saluran napas, usus, penyakit kewanitaan. Kini berbagai macam pengobatan alternatif ditawarkan dengan cara berendam di dalam air yang mengandung magnet, kadar garam tinggi, belerang atau zat kimia lain yang bisa meningkatkan kesehatan. Para pakar pengobatan alternatif bahkan menyatakan, bersentuhan dengan air mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun, atau sungai dan taman dengan banyak pancuran, akan memperoleh khasiat ion-ion negatif. Ion-ion negatif tersebut timbul karena butiran-butiran air yang berbenturan. Butiranbutiran air itu bisa meredakan rasa sakit, menetralkan racun, memerangi penyakit, serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. Ion negatif dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman paket oksigen ke dalam sel dan jaringan. Mandi menggunakan shower di rumah pun mempunyai efek menghasilkan ion negatif. Khasiat air tidak berhenti pada soal mandi atau berendam saja. Tidak kalah penting khasiat air bila diminum. Selain makanan, air sangat diperlukan oleh tubuh kita. Seseorang yang kekurangan makan masih dapat bertahan sampai beberapa hari. Namun, kekurangan air bisa berakibat fatal karena air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Perlu diingat, air yang dapat diminum adalah air yang sehat dan bersih. Air yang sehat dan bersih dapat diperoleh dengan memasak air hingga

        mendidih.


Air merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia mempunyai mekanisme dalam mempertahankan keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan. Rasa haus pada setiap orang merupakan mekanisme normal dalam mempertahankan asupan air dalam tubuh. Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2–2,5 l per hari. Jumlah kebutuhan air ini sudah termasuk asupan air dari makanan (seperti dari kuah sup, soto, dll.), minuman seperti susu, teh, kopi, sirop dll. Selain itu, asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme makanan yang dikonsumsi dan metabolisme jaringan di dalam tubuh.

Tubuh kita akan menurun kondisinya apabila kadar air menurun. Jelas, hal itu dikarenakan ada hubungan yang sangat erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh dengan respons tubuh kita. Semakin banyak kita melakukan aktivitas, air akan lebih banyak terkuras dari tubuh. Apalagi orang yang tinggal di negara tropis di mana energi yang dikeluarkan lebih banyak. Oleh sebab itu, para pakar kesehatan mengingatkan agar jangan hanya minum bila terasa haus. Kebiasaan banyak minum, apakah sedang haus atau tidak, merupakan

       kebiasaan sehat. Itu artinya, bekerja di ruang ber- AC pun menuntut kita untuk minum lebih banyak, sekalipun tidak merasa haus. Di ruangan ber-AC kita akan lebih cepat mengalami dehidrasi. Banyak minum akan membantu kulit tidak cepat kering.

Banyak minum penting diperhatikan tidak hanya oleh mereka yang sehari-hari bekerja di ruang ber-AC, namun juga oleh mereka yang bekerja dalam ruangan yang suhunya tidak tetap. Suhu naik turun menyebabkan kelembapan ruangan juga tidak menentu. Dengan minum air akan membantu menetralisasikan pengaruh perubahan tersebut. Air putih juga bersifat ”menghanyutkan” kotorankotoran dalam tubuh yang akan lebih cepat keluar lewat urine. Bagi yang ingin menguruskan badan pun, minum air hangat sebelum makan (sehingga merasa agak kenyang) merupakan satu cara untuk mengurangi jumlah makanan yang masuk. Air tidak mengandung kalori, gula, ataupun lemak. Namun, yang terbaik adalah minum air putih pada suhu sedang; tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin. Menyadari betapa air amat menunjang kebugaran, kesehatan dan kecantikan tubuh, tidak ada salahnya kita memelihara persahabatan dengan sobat lama kita ini. Selama kita masih dapat menikmati khasiatnya, mari memanfaatkan air sebaik-baiknya.

Sumber: www.halalguide.info



    Untuk menguji pemahaman Anda terhadap bacaan ”Seribu Manfaat Air”, jawablah pertanyaan berikut!

1.   Apa saja manfaat air bagi kehidupan kita?

2.  Mengapa mandi dua kali sehari dan cuci rambut paling lambat tiga hari sekali sangat    dianjurkan?

3.   Kapan khasiat mandi sudah dikenal?

4.   Siapa yang telah mengenal khasiat mandi?

5.   Bagaimana cara kita mendapatkan ion-ion negatif?

6.   Apa fungsi ion-ion negatif dalam aliran darah kita?

7.   Mengapa kondisi tubuh kita menurun jika kondisi air menurun?

8.   Apa yang dimaksud dengan kebiasaan sehat?

9.   Apa saja fungsi air putih bagi tubuh kita?

10. Bagaimana cara menguruskan tubuh dengan air putih?

 Bacalah wacana-wacana berikut dengan cermat. Kemudian, tentukanlah jenis-jenis wacana tersebut. Manakah yang termasuk karangan narasi, deskripsi, dan eksposisi.
 


No comments:

Post a Comment