LATIHAN 1 (17 Maret 2014)
Bacalah penggalan novel berikut ini!
Harimau Harimau
Mereka kemudian
telah tiba kembali di tempat mereka bermalam di pinggir anak sungai, senja
telah dekat. Dari jauh mereka telah melihat nyala api unggun di depan pondok.
Dengan hati yang amat lega, Sanip dan Sutan menurunkan keranjang ke tanah, dan
buyung mengembalikan senapan kepada Wak Katok. Talib terlentang di atas tanah
di dalam pondok. Di sampingnya terbaring Pak Balam. Talib masih belum sadar,
tetapi luka-lukanya telah diobati dan dibalut oleh Wak Katok dengan kain sarung
yang disobek-sobek. Kain sarung yang membalut luka-lukanya, sekeliling dadanya,
kedua kakinya, tangannya, basah dengan darah merah. Mukanya pucat sekali,
napasnya berat, dan perlahan.
Pak Balam
kelihatan juga bertambah panas demamnya. Matanya terbuka memandang ke atas dan
sebentar-sebentar suaranya yang lemah dia berkata: ”Akuilah dosa kalian,
akuilah dosa kalian. Harimau itu dikirim Tuhan untuk menghukum kita.” Ketika
mereka bertanya kepada Wak Katok bagaimana dengan luka-luka Talib, Wak Katok
menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa ia tak banyak harapan Talib akan
dapat selamat.
”Dadanya hancur
dicakar, pahanya hancur digigit, sampai terbuka ke tulang. Kalau dia masih
dapat sadar, masih untung, ”kata Wak Katok. Tak ubahnya seakan Talib mendengar
kata-kata Wak Katok karena ketika itu ia membuka matanya dan bibirnya bergerak
seakan hendak berkata. Mereka mendekatkan diri, membungkuk di atas kepalanya
hendak mendengarkan apa katanya.
”… Dosa,… Aku
berdosa… Mencuri… curiii, ampun Tuhan … La ilaha illl.…” tiba-tiba napasnya
berhenti, badannya mengejang, matanya seakan terbalik, dan Talib lalu berhenti
hidup. Dia telah mati.
Seorang dari
mereka kini telah mati akibat serangan harimau yang menurut Pak Balam dikirim
Tuhan untuk menghukum mereka yang berdosa. Mungkinkah Pak Balam benar? Dan
harimau itu bukanlah harimau biasa? Akan tetapi harimau yang dikirim oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa, harimau gaib, yang datang untuk menghukum mereka? Apa daya
mereka terhadapnya selain menyerahkan diri kepada Tuhan? Jika memang telah
tersurat bahwa mereka harus mati diterkam harimau di tengah hutan, maka
haruslah mereka menerima takdir yang demikian.
Akan tetapi, dalam
bawah sadar mereka nafsu hidup tetap nyala dengan kuat. Malam kini, di tengah
ancaman yang dahsyat, menyala lebih besar dan kuat lagi. Mereka hendak hidup
terus, mereka hendak keluar dari hutan, mereka hendak meninggalkan rimba dengan
selamat. Mereka hendak pulang ke kampungnya. Mereka hendak kembali kepada istri
dan anaknya. Mereka hendak mencinta kembali. Mereka tak hendak mati diserang
harimau yang ganas dan zalim. Bawah sadar mereka berteriak menyuruh mereka
berjuang, berkelahi, bertarung untuk mempertahankan hak hidupnya.
”Apa Talib
mencuri? Apa yang dicurinya?” kata Pak Haji, memandang kepada Sanip, Buyung,
dan Sutan berganti-ganti. Mereka bertiga berpandangan, dan Buyung cepat
menjawab: ”Aku tak tahu apa maksudnya.”
Akan tetapi, di
wajah Sanip dan Sutan seakan timbul keraguan, dan ketika Sutan dan Sanip
berpandangan, seakan mata Sutan hendak menyampaikan peringatan kepada Sanip,
supaya berhati-hati dan jangan mengatakan sesuatu apa.
Akan tetapi, pada
saat itu pikiran Pak Balam berada di saat-saat cerah, dan rupanya mendengarkan
kata-kata mereka. Karenanya Pak Balam berkata: ”Belum juga kalian sadar dan
insyaf. Talib telah mati. Aku akan menyusulnya tak lama lagi. Aku tahu, badanku
tak kuat lagi menahan demam ini. Akuilah dosa-dosa kalian, supaya kalian
diselamatkan Tuhan. Syukurlah Talib masih sempat mengakui dosanya.
Tobatlah!”
Kemudian dia
terdiam, demamnya kembali menguasai otaknya, dan matanya yang terbuka memandang
kaku jauh melewati pondok, melewati puncak-puncak pohon di pinggiran anak
sungai terus sampai ke cakrawala, entah apa yang dilihatnya.
Tiba-tiba Sanip
berdiri seakan tak kuat lagi menahan dirinya, dan berkata dengan suara yang
tegang: ”Tidak Sutan, aku mesti berbicara ....”
Akan tetapi Sutan
melompat mendekatinya dan memegang bahunya:
”Jangan, tutup
mulutmu, apa gunanya.”
”Tidak,” seru
Sanip, suatu cahaya ganjil timbul dalam matanya, seakan sesuatu menyelinap ke
dalam dirinya dan memaksakannya untuk berkata, dan ini diinsyafi oleh Sutan
yang berkata kepadanya dengan suara tegang penuh desakan.
”Jangan, ingat
sumpahmu ….!”
Akan tetapi Sanip
tak lagi dapat menahan dirinya, dan berseru: ”Memang kami berdosa, kami …
Talib, aku dan ketika ia baru sampai berbicara di sana, Sutan berkuat
pegangannya di bahu Sanip, dan dengan suara yang keras berkata:
”Sanip!”
Akan tetapi Sanip
melepaskan pegangan Sutan dari bahunya, dan berpaling kepada yang lain. Sutan
bertekad untuk menghentikan Sanip, dan dia melangkah mendekati Sanip, dan
kemudian dengan gerakan tangan dan kaki yang cepat dia menjatuhkan Sanip ke
atas tanah. Sanip membela diri dan menghela Sutan jatuh ke tanah. Di tanah
mereka berdua bergumul.
Dengan susah payah
yang lain menceraikan mereka. Selama itu terjadi Wak Katok duduk saja diam-diam
memegang senapannya. Setelah mereka dilerai, Buyung memegang Sutan, dan Pak
Haji memegang Sanip, dan Pak Haji berkata: ”Sabar, sabarlah, mengapa kita
dengan kita
berkelahi, sedang kita semua dalam bahaya besar? Mengapa kalian berkelahi
sebenarnya?”
”Aku hendak
mengakui dosa-dosaku,” kata Sanip dengan napas terengah-engah, ”Biarlah Sutan
marah karena aku melanggar janji atau sumpah. Namun aku tak tahan lagi. Karena
aku juga, maka Talib telah jadi korban harimau.
Kami bertiga,
Talib, Sutan, dan aku, enam bulan yang lalu yang mencuri empat ekor kerbau Haji
Serdang di kampung Kerambi…” dan dia melihat kepada Sutan, siap untuk
mempertahankan dirinya, jika Sutan menyerangnya kembali. Akan tetapi Sutan
seakan kini tak peduli lagi terhadap apa yang hendak dikatakan oleh Sanip. Dia
duduk di tanah, dadanya turun naik, karena napasnya masih kencang, dan dia
hanya melihat saja ke tanah.
”Kami bertiga
mencurinya malam-malam dan ketika penjaga kerbau mengetahui pekerjaan kami,
maka Talib yang menikamnya hingga dia rubuh. Dia tak mengenal kami, dan kami
berhasil melarikan kerbau dan menjual dagingnya ke kota. Penjaga kerbau tak
mati. Itulah
dosa kami bertiga,
tapi Sutan tak suka aku ceritakan.”
”Apa lagi
dosa-dosaku…” Sanip tertegun, dalam hatinya teringat pada rahasianya.
Dia terkejut
mendengar Wak Katok, yang berkata dengan suara keras dan tajam:”Sanip,
berbicaralah! Aku sebagai pemimpin rombongan berkewajiban untuk menyelamatkan
diri kita semuanya. Menurut renunganku harimau itu harimau biasa, akan tetapi
mungkin pula harimau siluman seperti yang dikatakan Pak Balam. Kita tak boleh
lebih memarahkannya. Baik-baiklah engkau mengaku terus terang dosa-dosamu, dan
minta ampun kepada Tuhan.”
”Akan tetapi,”
kata Sanip, yang masih mencoba untuk mengelakkan diri dari keharusan
menelanjangi dirinya, ”apakah aku sendiri yang berdosa? Mengapa aku sendiri
yang harus mengakui dosa-dosaku? Bukankah aku telah mengakui dosaku mencuri
kerbau?”
”Semuanya, semua
dosamu harus engkau akui,” terdengar suara Pak Balam yang lemah, yang
mendengarkan percakapan mereka.
Sanip terdiam,
enggan benar hatinya hendak mulai. Sedangkan mengakui dosa-dosanya dalam hati
sendiri sudah amat susah, bagaimana akan mengakuinya di hadapan orang lain,
meskipun kawannya sendiri.
”Yang lain pun
akan mengakui dosa-dosanya,” kata Wak Katok, suaranya keras dan tajam. ”Jika
perlu aku paksa dengan ini,” dan dia menggerakkan senapannya. Buyung terkejut.
”Setelah Sanip lalu
Sutan, kemudian Buyung, dan kemudian Pak Haji. Dosa-dosaku telah kalian dengar
diceritakan oleh Pak Balam,”
katanya dengan
suara yang pahit. ”Semuanya kita membersihkan diri, dan minta ampun kepada
Tuhan. Moga-moga si Nenek akan
pergi meninggalkan kita. Ayo,
mulailah, Sanip.Tak banyak waktu tinggal. Sebentar lagi malam tiba dan dalam
gelap entah apa yang akan terjadi.”
Dalam hatinya
Buyung mengambil tekad tidak akan diceritakan apa yang terjadi antara dirinya
dengan Siti Rubiyah, biarlah dia mati, ditembak oleh Wak Katok atau diterkam
harimau sama saja. Orang mati hanya sekali, pikirnya, tetapi noda yang tergores
di kening dibawa seumur hidup!
Daya Sanip
menguasai dirinya patah dibawah ancaman Wak Katok. Dia lalu bercerita. Semuanya
diceritakannya. Tak ada satu pun yang ditahan-tahannya. Dan dalam bercerita
mulai pula terasa kelegaan dalam hatinya. Akhirnya dia pun terlepas pula dari
tekanan dosa-dosa yang selama ini melekat di jiwanya.
Buyung
mendengarkan dengan penuh takjub. Berbagai perasaan timbul dalam hatinya.
Perasaan marah, kecewa, kesal, jijik. Mungkinkah Sanip bercerita sekarang
adalah Sanip kawannya selama ini? Sanip yang periang, Sanip yang termasuk orang
baik-baik di kampung yang dihormati, disayangi, dan dipercaya selama ini?
Ternyata dia seorang tukang berzinah, seorang pencuri, seorang pendusta?
”Sekarang engkau,
Sutan,” kata Wak Katok. Namun Sutan duduk saja di tanah, kepalanya menunduk ke
tanah, dan dia tak bergerak, seakan tak mendengar kata Wak Katok.
”Sutan!” kata Wak
Katok dengan suara yang lebih keras.
Sutan diam juga,
tak bergerak-gerak.
”Baiklah, cukuplah
Sanip malam ini, kalian masih terkejut, masih ketakutan dan risau pikiran dan
hati,” kata Wak Katok kemudian. ”Tetapi esok pagi kalian mengakui dosa-dosa
kalian semuanya.”
Tak seorang juga
hendak makan kemudian, setelah mereka sembahyang magrib. Sembahyang pun mereka
dikawal mula-mula oleh Wak Katok, dan kemudian Wak Katok yang sembahyang,
sedang Buyung berjaga-jaga memegang senapan.
Malam itu tak
seorang pun dapat tidur. Mereka selalu ingat pada perkataan Wak Katok: ”Esok
pagi kita kuburkan Talib.’
Dan sepanjang
malam mereka duduk mengelilingi Talib, mendoa, dan membaca ayat-ayat Quran.
Buyung teringat akan istri dan anakanak Talib di kampung. Bagaimana nanti
menerima kabar kematiannya. Akan heboh besar di kampung, jika mereka pulang…
Dan di luar lingkaran cahaya di dalam gelap rimba belantara, mereka seakan
merasakan kehadiran harimau yang ganas, yang mondar-mandir, menunggu kesempatan
dengan tak sabar. Di telinga mereka seakan masih terdengar bunyi aumannya yang
dahsyat dan pekik Talib. Kini hati mereka bertambah susah lagi dari kemarin
malam.
Kini ancaman
terasa lebih dekat dan lebih dahsyat. Dan rasa tak berdaya tambah terasa.
Seakan pegangan tangan dan jari-jari es yang sejuk meremas-remas hati mereka.
Di dalam setiap kegelapan, di belakang setiap daun, di belakang setiap pohon,
di belakang setiap dahan, dan di belakang setiap bunyi mereka seakan mendengar
bunyi tapak harimau yang melangkah dengan halus dan hati-hati mendekati, mendekati,
mendekati, mendekati ….
Setelah kamu
membaca penggalan novel ”Harimau Harimau”
tersebut,
diskusikan bersama kelompok kamu pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Menceritakan tokoh
siapa saja penggalan novel yang kamu simak tadi?
2. Jelaskan watak
para tokoh yang terdapat dalam penggalan novel tersebut satu per satu!
3. Penggalan novel
yang kamu simak tersebut pada dasarnya menceritakan suatu konflik batin para
tokohnya.
4. Jelaskan konflik batiniah yang terjadi pada tokoh Wak Katok, mengapa dia harus berteriak pada Sanip untuk berbicara akan dosa yang pernah dia lakukan?
5. Jelaskan konflik batiniah yang dirasakan tokoh Sanip, Buyung, dan Sutan!
6. Simpulkan mengapa konflik-konflik batiniah tersebut muncul pada diri para tokoh saat itu?
7. Jelaskan nilai-nilai religius apa yang dapat kamu pahami dari penggalan novel tersebut?
8.Jelaskan nilai-nilai sosial apa yang dapat kamu pahami dari cerita penggalan novel tersebut?
9. Buatlah komentar menurut pemahaman kamu kelebihan dan kelemahan novel ”Harimau Harimau” berdasarkan penggalan novel tersebut!
4. Jelaskan konflik batiniah yang terjadi pada tokoh Wak Katok, mengapa dia harus berteriak pada Sanip untuk berbicara akan dosa yang pernah dia lakukan?
5. Jelaskan konflik batiniah yang dirasakan tokoh Sanip, Buyung, dan Sutan!
6. Simpulkan mengapa konflik-konflik batiniah tersebut muncul pada diri para tokoh saat itu?
7. Jelaskan nilai-nilai religius apa yang dapat kamu pahami dari penggalan novel tersebut?
8.Jelaskan nilai-nilai sosial apa yang dapat kamu pahami dari cerita penggalan novel tersebut?
9. Buatlah komentar menurut pemahaman kamu kelebihan dan kelemahan novel ”Harimau Harimau” berdasarkan penggalan novel tersebut!
Untuk soal 1 s.d. 4, bacalah penggalan drama "Bung
Besar" karya Misbach Yusa Biran berikut.
Bung Besar bangkit
dan menuju ke kursi dekat Anwar. Anwar berdiri menanti Karim, dan baru duduk kembali ketika
Bung Besar sudah duduk di dekatnya.
Karim
Kau selalu
mengerti segala-galanya, Anwar.
Anwar
Ah............
Karim
Ya.....ya.....Kau
pandai ! Kau cocok benar dengan istriku (memandang ke arah lain).
Anwar
(terkejut, tapi
cepat bisa menguasai diri dan lantas tersenyum manis) Lebih baik kita jangan
membicarakan yang bukan-bukan.
Bung Besar
memandang ke arah Anwar. Anwar membalas dengan pandangan yang tajam.
Anwar
Jangan
membuang-buang waktu.
Bung Besar jadi
tertunduk oleh pandangan Anwar. Dan tak lama kemudian membenarkan letak
duduknya, menenangkan pikirannya. Dan setelah itu menganggukangguk.
Karim
Apa...apa yang
harus aku lakukan sekarang?
Anwar
(menyodorkan
kertas) Bacalah ini. Baca hati-hati, ini kali Bung harus betul-betul bisa
menghafalnya.
Karim
(membaca dalam
bati dan keningnya berkerut) Aduh!
Aku tak bisa
menghafalnya. Mereka kan tak akan tahu apa pidato ini dibuat oleh kau atau
supirku.
Anwar
Tapi model cara
pidato yang terbaru, Bung Besar, ialah tak pakai teks. Dihafal di luar kepala.
Diucapkan dengan terang. Baca sajalah dulu!
1.
Permasalahan apa
yang dikemukakan dalam penggalan drama ini?
2.
Bagaimanakah watak
Anwar? Buktikan dengan alasan.
3.
Konflik apa yang terjadi?
4.
Bagaimanakah watak Karim?
Untuk soal nomor 1.s.d. 3, bacalah teks berikut.
Untuk mengubah suatu bahan alam yang mengaku
berkhasiat menjadi obat, perlu proses pengujian yang panjang. Tidak ubahnya
dengan proses membuat suatu temuan obat baru. Ongkos untuk itu juga setinggi
ongkos membuat sebuah obat baru. Oleh karena itu, pengakuan bahwa jamu, obat
tradisional,
ramuan, atau apa pun yang bukan tergolong
obat, mampu menyembuhkan penyakit, jangan mudah menerimanya. Apa pun bahan
berkhasiatnya, belum
memenuhi persyaratan sebagai obat.
Suatu zat berkhasiat dalam obat sudah teruji
khasiatnya. Artinya, untuk diagnosis penyakit yang sama, jika diberikan suatu
obat dengan dosis yang sama, semua penyakitnya akan sembuh. Bukan hanya itu,
efek sampingnya sudah dikenali pula dan keamanannya pun sudah terbukti. Tidak
demikian
halnya apabila diberikan bahan berkhasiat.
Sumber: www.
indosiar.com
1. Apakah paragraf ke-1 termasuk paragraf
induktif atau deduktif?
Berikan alasan atas jawaban Anda tersebut.
2. Tuliskanlah pikiran pokok yang ada dalam
paragraf ke-2.
3. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan isi
teks.
a.
Mengapa diperlukan pengujian panjang dalam
membuat suatu bahan menjadi obat?
b.
Bagaimanakah suatu zat dikatakan berkhasiat?
c.
Apakah persamaan jamu dengan obat?
Bacalah kutipan novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad
Tohari berikut.
…
Meski aku menanggapi kata-kata Warta dengan senyum,
namun sesungguhnya hatiku dibuatnya perih, sangat perih. Sehingga aku tak bisa
berkatakata lagi Hanya umpatku dalam hati, "Warta, kamu bangsat. Kau
katakan Srintil akan diperkosa nanti malam? Memang betul Tetapi mengapa kau
katakan itu kepadaku?"
Kukira Warta memandangku dari belakang ketika aku
berjalan meninggalkannya. Aku tak peduli dan aku terus berjalan sepembawa
kakiku. Perjalanan yang tanpa tujuan membawaku sampai ke lorong yang menuju
pekuburan Dukuh Paruk. Seharusnya aku melangkah bila tidak kulihat seseorang berjalan
merunduk-runduk di antara batang-batang puring. Srintil! Aku tak mungkin
salah, dialah orangnya.
Tak mengetahui aku membuntutinya, Srintil terus
berjalan. Langkahnya berkelok menghindari tonggak-tonggak nisan, atau pohon
kamboja yang cumbuh rapat. Setelah berbelok ke kiri, langkah Srintil lurus
menuju cungkup makam Ki Secamenggala.
Kulihat Srintil jongkok, menaruh sesaji di depan pintu makam. Ketika
bangkit dan berbalik, ronggeng itu terperanjat. Aku berdiri hanya dua langkah
di depannya.
"He, kau, Rasus?"
"Aku mengikutimu."
"Aku disuruh Nyai Kartareja menaruh sesaji itu.
Bukankah malam nanti...."
"Cukup! Aku sudah tahu malam nanti kau harus
menempuh bukak-klambu" aku memotong cepat Habis berkata demikian aku melangkah pergi. Tetapi
Srintil menarik bajuku.
"Rasus, hendak ke mana kau?"
"Pulang."
"Jangan dulu. Jangan merajuk seperti itu. Kita bisa
duduk-duduk sebentar di sini."
Ternyata aku tak menolak ketika Srintil membimbingku
duduk di atas akar beringin. Tetapi baik Srintil maupun aku lebih suka membungkam
mulut. Mestilah ronggeng kecil itu merasa sedang menghadapi seorang anak
laki-laki yang akan mengalami kekecewaan. Srintil pasti tahu aku menyukainya.
Jadi dia tahu pula bahwa malam bukakklambu baginya menjadi
sesuatu yang sangat kubenci Hanya itu. Atau, apakah aku harus mengatakan secara
jujur bahwa Srintil lebih kuhormati daripada kecintaan? Tidak. Aku tak punya
keberanian mengatakan hal itu kepadanya. Maka biarlah Srintil tetap pada
pengertiannya tentang diriku secara tidak lengkap.
Seekor serangga kecil akhirnya membuka jalan bagi
permulaan percakapan kami. Nyamuk belirik hinggap di pipi Srintil. Perutnya
menggantung penuh darah.
"Srin, tepuk pipimu yang kanan. Ada nyamuk."
"Aku tak dapat melihatnya."
"Tentu saja. Tetapi tepuklah pipi kananmu agak
ke atas pasti kena."
"Tidak mau. Engkau yang harus menepuknya."
"Tanganku kotor."
….
1.
Siapa sajakah tokoh yang ada dalam penggalan novel
tersebut?
2.
Bagaimanakah watak tokoh "aku"? Jelaskan
dengan bukti yang mendukung.
3.
Menurut Anda, di manakah setting/latar penggalan
drama tersebut?
4.
Bagaimanakah watak tokoh Srintil? Jelaskan dengan
bukti yang mendukung.
5.
Bagaimanakah pengarang menggunakan gaya bahasa
dalam penggalan novel tersebut?
Seribu Manfaat
Air
Meskipun
bergaul erat dengan air setiap hari ternyata banyak rahasia keunggulan air yang
kita lewatkan. Sobat lama kita ini mempunyai banyak khasiat. Ternyata pula,
ketergantungan kita terhadap air tidak hanya sebatas pengusir rasa haus belaka.
Air dapat membantu menjaga kesehatan kita. Air juga dapat menyegarkan kita. Mandi
dua kali sehari dan cuci rambut paling lama tiga hari sekali sangat dianjurkan
pakar kesehatan dan kebugaran. Alasannya, sentuhan air bersih dengan tubuh
membuat badan terasa segar dan bugar kembali. Untuk menjaga kecantikan pun, seseorang
harus memerhatikan kebersihan tubuhnya. Ditambah lagi minum air putih 8–10
gelas sehari.
Sejak
ratusan tahun sebelum Masehi bangsa Romawi sudah mengenal khasiat mandi, entah mandi
susu atau berendam di kolam air bersih yang dilengkapi pancuran dan wewangian.
Tujuannya agar tubuh bersih, sehat, dan wangi Menurut para peneliti sebuah
lembaga riset trombosis di London, Inggris, jika seseorang selalu mandi dengan
air dingin, peredaran darahnya akan membaik sehingga tubuh terasa lebih bugar. Ditambahkan
lagi mandi dengan air dingin akan meningkatkan produksi sel darah putih dalam
tubuh serta meningkatkan kemampuan seseorang terhadap serangan virus. Bahkan,
mandi dengan air dingin di waktu pagi menyebabkan jaringan kulit membaik, kuku lebih
sehat dan kuat, tak mudah retak.
Air juga
diyakini dapat menyembuhkan penyakit jantung, rematik, kerusakan kulit,
penyakit saluran napas, usus, penyakit kewanitaan. Kini berbagai macam
pengobatan alternatif ditawarkan dengan cara berendam di dalam air yang
mengandung magnet, kadar garam tinggi, belerang atau zat kimia lain yang bisa
meningkatkan kesehatan. Para pakar pengobatan alternatif bahkan menyatakan,
bersentuhan dengan air mancur, berjalan-jalan di sekitar air terjun, atau
sungai dan taman dengan banyak pancuran, akan memperoleh khasiat ion-ion
negatif. Ion-ion negatif tersebut timbul karena butiran-butiran air yang
berbenturan. Butiranbutiran air itu bisa meredakan rasa sakit, menetralkan racun,
memerangi penyakit, serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. Ion
negatif dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman paket oksigen ke dalam
sel dan jaringan. Mandi menggunakan shower di rumah pun mempunyai efek menghasilkan
ion negatif. Khasiat air tidak berhenti pada soal mandi atau berendam saja.
Tidak kalah penting khasiat air bila diminum. Selain makanan, air sangat
diperlukan oleh tubuh kita. Seseorang yang kekurangan makan masih dapat
bertahan sampai beberapa hari. Namun, kekurangan air bisa berakibat fatal
karena air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Perlu
diingat, air yang dapat diminum adalah air yang sehat dan bersih. Air yang
sehat dan bersih dapat diperoleh dengan memasak air hingga
mendidih.
Air
merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia mempunyai mekanisme
dalam mempertahankan keseimbangan asupan air yang masuk dan yang dikeluarkan.
Rasa haus pada setiap orang merupakan mekanisme normal dalam mempertahankan
asupan air dalam tubuh. Air yang dibutuhkan tubuh kira-kira 2–2,5 l per hari. Jumlah
kebutuhan air ini sudah termasuk asupan air dari makanan (seperti dari kuah
sup, soto, dll.), minuman seperti susu, teh, kopi, sirop dll. Selain itu, asupan
air juga diperoleh dari hasil metabolisme makanan yang dikonsumsi dan
metabolisme jaringan di dalam tubuh.
Tubuh kita
akan menurun kondisinya apabila kadar air menurun. Jelas, hal itu dikarenakan
ada hubungan yang sangat erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh
dengan respons tubuh kita. Semakin banyak kita melakukan aktivitas, air akan
lebih banyak terkuras dari tubuh. Apalagi orang yang tinggal di negara tropis
di mana energi yang dikeluarkan lebih banyak. Oleh sebab itu, para pakar
kesehatan mengingatkan agar jangan hanya minum bila terasa haus. Kebiasaan
banyak minum, apakah sedang haus atau tidak, merupakan
kebiasaan
sehat. Itu artinya, bekerja di ruang ber- AC pun menuntut kita untuk minum
lebih banyak, sekalipun tidak merasa haus. Di ruangan ber-AC kita akan lebih
cepat mengalami dehidrasi. Banyak minum akan membantu kulit tidak cepat kering.
Banyak
minum penting diperhatikan tidak hanya oleh mereka yang sehari-hari bekerja di
ruang ber-AC, namun juga oleh mereka yang bekerja dalam ruangan yang suhunya tidak
tetap. Suhu naik turun menyebabkan kelembapan ruangan juga tidak menentu.
Dengan minum air akan membantu menetralisasikan pengaruh perubahan tersebut. Air
putih juga bersifat ”menghanyutkan” kotorankotoran dalam tubuh yang akan lebih
cepat keluar lewat urine. Bagi yang ingin menguruskan badan pun, minum air
hangat sebelum makan (sehingga merasa agak kenyang) merupakan satu cara untuk mengurangi
jumlah makanan yang masuk. Air tidak mengandung kalori, gula, ataupun lemak.
Namun, yang terbaik adalah minum air putih pada suhu sedang; tidak terlalu
panas, dan tidak terlalu dingin. Menyadari betapa air amat menunjang kebugaran,
kesehatan dan kecantikan tubuh, tidak ada salahnya kita memelihara persahabatan
dengan sobat lama kita ini. Selama kita masih dapat menikmati khasiatnya, mari
memanfaatkan air sebaik-baiknya.
Sumber:
www.halalguide.info
Untuk
menguji pemahaman Anda terhadap bacaan ”Seribu Manfaat Air”, jawablah pertanyaan
berikut!
1. Apa saja
manfaat air bagi kehidupan kita?
2. Mengapa
mandi dua kali sehari dan cuci rambut paling lambat tiga hari sekali sangat
dianjurkan?
3. Kapan
khasiat mandi sudah dikenal?
4. Siapa yang
telah mengenal khasiat mandi?
5. Bagaimana
cara kita mendapatkan ion-ion negatif?
6. Apa fungsi
ion-ion negatif dalam aliran darah kita?
7. Mengapa
kondisi tubuh kita menurun jika kondisi air menurun?
8. Apa yang
dimaksud dengan kebiasaan sehat?
9. Apa saja
fungsi air putih bagi tubuh kita?
10. Bagaimana
cara menguruskan tubuh dengan air putih?
Bacalah wacana-wacana berikut dengan cermat. Kemudian, tentukanlah jenis-jenis wacana tersebut. Manakah yang termasuk karangan narasi, deskripsi, dan eksposisi.
Bacalah wacana-wacana berikut dengan cermat. Kemudian, tentukanlah jenis-jenis wacana tersebut. Manakah yang termasuk karangan narasi, deskripsi, dan eksposisi.
No comments:
Post a Comment